Senin, 24 Januari 2011

Pemimpinan dan Kita

Latar belakang

Gonjang ganjing dan isu miring tentang kemampuan pemimpin bangsa, dewasa ini menjadi pokok topik bahasan berbagai media di Indonesia. Keadaan ini semakin hari semakin menghangat, yang menurut para pakar seiring dengan meningkatnya tingkat kesulitan ekonomi masyarakyat kita serta dirasakannya ketidak adilan dalam penegakkan hukum di Indonesia. Semua sorotan di media mengarah kepada kepemimpinan nasional, dalam jangka waktu yang cukup lama dan durasi pembe ritaan yang cukup panjang pula.

Pengaruh terhadap kita

Pemberitaan dengan kualitas citra relatif negatif tentang kepemimpinan kita, secara psikolo-gis pemberitaan itu akan berpengaruh dan mempengaruhi cara pikir dan tindak masyarakat. Kasus-kasus yang tergolong tragsis seperti bunuh diri diberbagai tempat karena berbagai alasan yang kesemuanya bermuara dan berasal dari dan pada rasa terhimpitnya hidup dan kehidupan. Rasa frustasi, tidak tahu cara mengatasi masalah yang dihadapi ditambah dengan berbagai pemberitaan yang tidak kondusif bagi siapa saja yang ingin merenda masa depan yang lebih cerah! Maka komplit lah permasalahan yang terakumulasi pada satu situasi negatif, tanpa masa depan yang jelas!

Pemimpinan kita siapa

Ditengah kegaduhan politik, kektidak tegasan penegakkan hukum, himpitan ekonomi yang terus bertubi-tubi dirasakan rakyat. Kemudian kita bertanya, kemana saja para pemimpin kita? Siapa sajakah mereka? Apa saja yang dikerjakan oleh mereka?. Seyogyanya setiap kita memiliki pemimpin diberbagai tingkatan. Tragisnya, bila kita memperbincangkan sekaligus mempersoalkan pemimpin, selalu saja ke arah dan diarahkan ke Pimpinan Nasiona. Ada yang salah? Apanya yang salah? Jelas ini karena kita belum bersedia membagi dan berbagi kepemimpinan dengan banyak orang di berbagai tempat dan tingkatan. Semua dari kita terhipnotis, seolah seorang pemimpin nasional haruslan bak malaikat, bisa memenuhi keinginan dab nenyenangkan semua lapisan masyarakat! Padahal ini suatu hal yang sangat mustahil. Sisi lain, pemimpin nasional juga tidak dengan secara tegas membagi dan mendelegasikan kekuasaan ke para pemimpn lain di level yang lebih dekat dengan rakyat.

Pemimpin tidak bertanggung jawab.

Menumpuknya persoalan disekitar kita yang dihadapi negara setali tiga uang dengan rendahnya kemampuan para pemimpin mencari penyelesesaian yang tepat atau paling tidak ada kendala para pemimpin dalam mencari penyelesaian yang cepat, sepertinya ada sesuatu yang sulit dijelaskan sebagai penyebab yang sering diberitakana media, yaitu mafia. Pemimpin sepertinya tidak brada dalam nalar yang sehat, di pusat pun juga di daerah. Hampir-hampir tidak ada pemim-pin yang mampu menjadikan dirinya sebagai panutan masyarkat umum dewasa ini. Kita perlu mencarai jawab atas penyebab keadaan ini, kita tidak bisa berlarut-larut membiarkan masalah ini yang jelas-jelas merugikan bangsa dalam berbagai hal di dalam maupun dalam hubungannya dengan luar negeri. Di dalam, jelas kita semaki terpuruk, semakin saling tidak peduli, tidak ada tuntunan dan tidak ada lagi harapan depan.

Faktor penyebab

Menoleh ke belakang dalam beberapa tahun, rasanya kita sepertinya mulai merasakan hal baru dalam sistem pemerintahan di Indonesia denga kredo desentralisasi yang akhirnya kebablasan. Isu desentralisasi terus dipompakan, sepertinya kita diyakinkan bahwa ini adalah obat mujarab yang segera akan membereskan penyelenggaraan pemerintahan dari pusat hingga daerah dalam waktu singkat. Ketika lambat laun sistem baru yang disebut desentralisasi tersebut lambat laun tercium dan bahkan terasakan semakin jauh dari harapan kebanyakan masyarkat. Mulailah dicari-cari alasan seperti “resiko belajar berdemokrasi” dll. Desentralisasi tidak saja melermahkan kontrol negaran terhadap kejahatan baik perorangan maupu korporasi di berbagai tempat di Indoneaia, tetapi juga telah mancabut akar dari cita-cita pendirian bangsa ini.

Akibat penerapan “Demokrasi” yang kebablasan yang juga mencabut akar budaya masyarakat kita yang nota bene memiliki kultur kekeluargaan, bukan rifalitas sebagai mana praktek demokrasi yang sangat sangat individualistis. Secara kasat mata akibat penerapan desentralisasi dan demokrasi yang out of control, dapat diindetifikasi dari berbagai kerusakan lingkungan terutama kerusakan mental warga masyarakat yang makin hari makin akut! Dan menakutkan.


hahaha,, maap yah kalo gaje, lagi iseng aja nulis yang yang sok formal gini.. :p